TECHNOPRENEUR DI MASA PANDEMI COVID-19
Pandemi COVID-19 yang telah terjadi di Indonesia
merupakan bencana yang tidak pernah diduga sebelumnya. Pada kondisi
perekonomian yang sulit di tengah krisis ekonomi dunia, bangsa Indonesia juga
harus menghadapi fenomena terjadinya. Pandemi Virus Corona ini mengakibatkan
terganggunya hampir semua industri bisnis dari berbagi sektor, kecuali bidang
kesehatan, dan merubah perilaku masyarakat dunia di semua kalangan.
Pandemi
COVID-19 yang semakin memberatkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi perekonomian
masyarakat di Indonesia dalam situasi pandemi COVID-19 memerlukan inovasi untuk
meningkatkan kembali daya saing dan daya jual ekonomi kemasyarakatan.
Pemberlakukan kebijakan untuk melakukan pembatasan sosial,
memberikan dampak berupa melemahnya roda perekonomian khususnya di tingkat
keluarga pada lapisan masyarakat kecil dan menengah. Atas kondisi tersebut, kita
harus menciptkan model yang baru untuk memulai usaha dan memiliki kemampuan
untuk berinovasi dengan menciptakan ide bisnis yang sesuai dengan kondisi saat
ini. Bahkan setiap negara harus merespon perubahan alam dan persaingan
teknologi secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor
publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan pandemi
Covid-19 di era revolusi industri 4.0 saat ini dapat dikelola menjadi peluang
sebagai upaya untuk memulihkan kondisi ekonomi bilamana pandemi COVID-19 ini
berakhir. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan wirausaha
berbasis teknologi atau technopreneur dengan metode bisnis salah satunya
e-commerce atau penjualan online.
Technopreneur merupakan kata yang sudah tidak asing lagi
kita dengar. Terutama bagi mereka yang kehidupannya lebih banyak bergantung di
dunia teknologi. Berdasarkan definisinya, technopreneur adalah penggabungan
antara pemanfaatan teknologi dengan konsep entrepreneur (wirausaha).
Technopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai
seorang peminat teknologi yang berjiwa entrepreneur dan tanpa jiwa
entrepreneur, seorang peminat teknologi hanya akan menjadi teknisi yang dimana
kurang dapat menjadikan teknologi yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya.
Menurut Daniel Mankani (2003) menyatakan bahwa
“Technopreneur adalah orang-orang yang mengidentifikasi masalah dan memanfaatkan
kesempatan.
Ada dua karakter yaitu :
a. Melakukan hal-hal yang
tidak mencari keuntungan semata
b. Merasa nyaman bekerja
dengan menggunakan teknologi
Technopreneurship adalah bentuk semangat dan keberanian
sesorang untuk melakukan usaha-usaha berbasis teknologi secara mandiri.
Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah
penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan dan Inovasi adalah
proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar.
Technopreneurship adalah
kemampuan untuk :
1. Memanfaatkan
keahlian/disiplin ilmu untuk bisnis
2. Melalui invensi diubah
menjadi innovasi yang memberikan peluang besar untuk menjadi bisnis
3. Mengidentifikasi
innovasi yang dapat diubah menjadi kekayaan
4. Memanfaatkan
kesempatan melawan banyak rintangan
5. Mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat
Dikenal dua jenis
technopreneurship yaitu :
1. Radikal technopreneur
: membuat produk berbasis disiplin ilmu yang dimilikinya
2. Semi radikal
technoprenuer: memanfaatkan/menggunakan teknologi untuk produksinya
Manfaat Pengembangan
Technopreneur
Technopreneurship bermanfaat dalam pengembangan
industri-industri besar dan canggih, selain itu juga dapat diarahkan untuk memberikan
manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dengan demikian
Technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Technopreneurship dapat memberikan manfaat atau
dampak, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi
adalah:
1. Meningkatkan efisiensi
dan produktivitas.
2. Meningkatkan
pendapatan.
3. Menciptakan lapangan
kerja baru.
4. Menggerakan
sektor-sektor ekonomi yang lain.
Praktik menjalani wirausaha bagi sebagian orang merupakan
bakat, namun sebagian lagi merupakan kondisi yang tidak dapat dihindarkan dari
terdesaknya kebutuhan ekonomi. Dimasa pandemi ini salah satu upaya untuk memulihkan
kondisi ekonomi dalam wirausaha yaitu dengan mengadakan wirausaha berbasis
teknologi (Technopreneur) contohnya dengan e-commerce atau penjualan online.
Dalam dunia kewirausahaan, Business Model Canvas (BMC)
sangat penting diperlukan sebagai
alat pembuat model bisnis karena kemampuannya dalam menggambarkan elemen inti
dalam sebuah bisnis yang dituangkan dalam satu lembar kanvas. Selain itu
keunggulan BMC adalah kemudahannya untuk diubah-ubah model bisnis dengan cepat
dan melihat implikasi perubahan suatu elemen pada elemen bisnis yang lain. BMC
juga menyajikan model bisnis yang mengakomodasi ide-ide kreatif dan inovatif
yang berasal dari banyak individu (bekerja sama) dan kemudahan untuk
memadupadankannya.
Sembilan pilar utama dalam BMC yaitu Costumer Segment, Value
Propositions, Channel, Costumer Relationships, Revenue Stream, Key Activities, Key
Resources, Key Partnership dan Cost Structure. Sembilan pilar utama MBC ini
membantu dalam memulai usaha, tahapan- tahapan yang di buat sangat sederhana
dalam memualai usaha.
Project usaha IT ini bisa menjadi salah satu acuan untuk
menciptakan kreativitas, selain kemampuan dalam bidang IT dalam membuat
aplikasi Web penjualan yang menarik dan bisa di informasikan kepada user dari
web maupun media sosial yang untuk pemasaran produk. Model Techopreneur IT BMC
bertujuan untuk : meningkatkan kemampuana dalam berkreativitas, motivasi dan di
dukung oleh kemampuan coding, promosi, dan keuangan.
Aplikasi penjualan online ini di bangun untuk menerapkan sistem technopreneur dalam mengimplementasikan langsung model ini dalam penerapan usaha selama masa covid. Di tengah pandemi ini, tentunya para pelaku brand harus bijak dalam mengalokasikan dana campaign-nya. Kreativitas saat branding itu mutlak harus dilakukan, terlebih di saat work from home seperti ini. Kegiatan branding yang dilakukan pun beragam terkait pandemik virus corona, campaign belanja dari rumah, branding melalui media online, media sosial, website official Model Incubator ini mengusulkan kegiatan sistematis untuk mengembangkan teknologi melalui proses BMC dengan melihat situasi pasar dan usaha pada masa SFH, Kegiatan utama adalah mulai dari mencari dan memilih ide bisnis potensial dan rencana bisnis. Untuk sampai ke tingkat ini, semua masyarakat di dorong untuk mengajukan ide bisnis dan rencana bisnis. Dari sana di pilihalah ide bisnis yang baik akan dibuka untuk di jadikan informasi serta dukungan untuk pengembangan dan komersialisasi yaitu fasilitas usaha dan pelatihan; Jaringan bisnis, Dukungan industri dan juga dukungan finansial dari pemerintah.